Menjadi mompreneur dan memiliki kantor
di rumah, tentu menjadi impian hampir setiap wanita yang telah
berkeluarga dan memiliki anak.
Berpenghasilan meski di rumah, bekerja sambil mengasuh dan mengawasi anak pastinya menyengkan, bukan.
Bekerja di rumah bukan berarti tak
memiliki kesibukkan layaknya pekerja kantoran. Jika tak bisa mengelola
dengan baik, kesibukkan kerja dengan rumah tangga akan tumpang tindih.
Pada akhirnya ada salah satu yang akan terkorbankan, entah usaha yang
dijalankan ataupun keluarga.
Berkantor di rumah bukan berarti minim
masalah dan kendala. Terkadang dalam kondisi tertentu berkantor di rumah
jauh lebih sibuk dibandingkan dengan pekerja kantoran. Di saat- saat
tertentu, ada kalanya seorang pengusaha di tuntut untuk bekerja lebih
dari 24 jam sehari, lebih dari 7 hari dalam seminggu. Walaupun itu tadi
hanya perumpamaan, kebayang kan gimana repotnya.
Kondisi diatas pernah saya alami saat
usaha diujung kebangkrutan. Waktu 24 jam sehari rasanya kurang.
Pekerjaan rumah keteter. Anak tak terurus. Pokoknya betul-betul crowded.
Apapun di dunia ini pasti ada unsur suka
dan dukanya , begitu pula menjadi mompreneur. Sama seperti pekerja
kantoran, mompreneur juga memiliki masalah yang tak kalah peliknya.
Beberapa kendala yang dihadapi mompreneur diantaranya, pertama, mismanagement. Mismanagement yang saya maksudkan disini ialah ketidak mampuan dalam mengelola dengan baik antara kebutuhan kerja dan kebutuhan keluarga.
Walaupun bekerja di rumah, tak jarang
pekerjaan akan menyita waktu dan perhatiaan kita, hingga kewajiban
mengurus keluarga menjadi terbengkalai. Apalagi jika semua masih
dikerjakan sendiri. Walaupun memiliki karyawan, terkadang disaat-saat
tertentu pekerjaan yang harus dikerjakan melebihi kapasitas. Disinilah
komitmen untuk mempriorotaskan keluarga dipertaruhkan.
Kedua, jenuh dengan rutinitas harian.
Berkantor di rumah berarti melakukan semua aktivitas di dalam rumah.
Entah aktivitas kerumahtanggaan seperti memasak, mengurus anak-anak dan
menemani anak belajar, ataupun aktivitas yang berkaitan dengan usaha
yang dijalankan, seperti menerima pelanggan, mengerjakan pesanan,
perencanaan usaha dan lain sebagainya.
Berkutat dengan semua aktivitas di rumah sepanjang waktu tentu sangat membosankan. Perlu diingat, kebosanan yang tak ter-manage dengan baik bisa menurunkan produktivitas kerja.
Saat kebosanan memuncak, refreshing
bersama keluarga menjadi solusi jitu. Tak harus pergi mengunjungi
tempat-tempat wisata, pergi ke pemancingan bersama keluarga, jalan-jalan
ke Mall, ataupun sekedar berkunjung ke tempat saudara, sudah cukup
menghilangkan kepenatan akan rutinitas harian.
Sesekali mintalah ”Me Time” pada suami
untuk memberi jeda pada aktivitas harian. Pergi sendiri ke tempat-tempat
yang menyenangkan atau berkumpul dengan sahabat bisa menjadi alternatif
ber-me time.
Jika diperlukan, ubah tata letak
furnitur kantor. Tambahkan beberapa tanaman hidup agar kantor terasa
segar. Jika memungkinkan, cat ulang dinding kantor agar terasa suasana
yang berbeda.
Ketiga, skill dan pengetahuan
tak berkembang. Walaupun berkantor di rumah dan menjadi bos atas usaha
kita sendiri, kita tetap perlu untuk meng-upgrade kemampuan dan keilmuan kita. Jangan pernah menjadi katak dalam tempurung.
Persaingan bisnis kini bergerak cepat. Jangan sampai kita kalah saing dengan competitor
hanya karena pengetahuan kita tertinggal dengan pesaing. Mengikuti
seminar dan training menjadi agenda wajib. Membaca buku-buku yang
menambah wawasan serta motivasi juga sangat diperlukan.
Keempat, tak memiliki target. Bekerja di
rumah dengan segala ke”nyamanannya” kadang membuat kita lupa untuk
menetapkan target-target pada usaha yang dijalankan agar semakin
berkembang.
Ada banyak faktor yang menjadi
penyebabnya antara lain, pertama, kelelahan karena waktu kita tersita
untuk mengurusi rumah tangga dan usaha. Kedua, kurang ilmu juga dapat
menjadi penyebabnya. Gagap menghadapi tantangan dan peta bisnis yang
senantiasa berubah-ubah. Ketiga, rendahnya motivasi, menganggap cukup
dengan apa yang telah dicapai.
Walaupun memiliki usaha di rumah,
prinsip ”mengalir mengikuti arus” sebaiknya dihindari. Kita harus tetap
membuat target-target agar usaha semakin berkembang. Misalnya, target
perluasan usaha seperti kapan mulai menambah outlet baru, kapan membuat
produk 2nd merk untuk segmen yang berbeda dan masih banyak lagi.
Seiring berkembangnya usaha yang kita
miliki, harapannya akan semakin banyak tenaga yang kita rekrut. Itu
artinya, kita membantu mengurangi pengangguran di negeri ini.
Salam sukses,
Posting Komentar